Minggu, 22 Januari 2012

TUGAS GEOGRAFI

Nama       : MEGA UDIANTO
No              : 29
Kelas      : xii ips 3
SMA NEGERI 1 BANGSRI

Tradisi Gotong Royong dan Semangat Kekeluargaan khas masyarakat Pedesaan

          Bangsa kita sesungguhnya adalah bangsa yang mulia, bangsa yang saling menghargai, saling mencintai, memiliki toleransi tinggi, dan memiliki sifat gotong royong.
          Gotong royong dan sikap saling menghargai sesame manusia merupakan  warisan nilai budaya tinggi. Dilihat dari maknanya, gotong royong adalah nilai cultural yang berasal dari bahasa Jawa, yakni pikul atau angkat, atau sesuatu yang harus dipikul dan diangkat bersama.
          Gotong royong merupakan sifat dasar yang dimiliki bangsa Indonesia dan tidak dimiliki bangsa lain di dunia. Denganmengedepankan sikap gotong royong, akan muncul sikap tolong-menolong kepada sesama.
          Tolong menolong digerakkan oleh asas timbale balik (reciprocity). Artinya, siapa yang pernah menolong, tentu dia akan menerima pertolongan balik dari pihak yang pernah ditolongmya.
          Disinilah muncul paham kekeluargaan. Sejak dahulu, dalam kehidupan masyarakat kita, terbina suasana religious, kerukunan, gotong royong, tolong menolong tanpa pamrih, kekeluargaan, dan solidaritas antarsesama.
          Walaupun di sisi lain masih ada sebagian masyarakat yang bersifat individualistis, hal tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari hari.
          Tidak bisa dipungkiri bahwa kalangan masyarakat perkotaan Tradisi bergotong royong kini mulai pudar,kebanggan pada karya bangsa sendiri semakin pupus, dan semangat memperjuangkan kepentingan bersama semakin susah didapat, bahkan kejujuran semakin langka, sementara egoisme kelompok semakin mewabah, begitu pula penghianatan sesama saudara sebangsa bertambah hebat.
          Kondisi yang memprihatinkan itu bukan hanya untuk sekedar diratapi dan disesali, karena itu harus berfikir dan berusaha mengubahnya. Untuk itu diperlukan kembali tumbuhnya sikap kepahlawanan dari siapapun untuk mau berusaha keras mengubah situasi dan kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara agar bisa menjadi lebih baik dan sesuai dengan cita-cita kemerdekaan.
          Keharmonisan budaya dan sikap masyarakat di masa dahulu berbeda dengan kehidupan modern saat ini, ketika budaya, sikap, dan tradisi tersebut terkikis, bahkan hilang dalam kehidupan bangsa kita.
          Dari teori sosiologi, perubahan di Indonesia tidak merata, ada yang cepat ada juga yang lambat. Sebagai perbandingannya adalah daerah Jawa dan Papua. Seperti yang kita ketahui pulau Jawa merupakan pusat pemerintahan sehingga masyarakatnya sudah mengalami perubahan  menuju manusia modern yang segala aktifitasnya ditunjang oleh berbagai teknologi canggih. Sedangkan di Papua merupakan daerah yang penduduknya kebanyakan masih memegang teguh tradisinya dan jarang dijumpai peralatan teknologi disana, terutama didaerah pedalaman.
          Terkadang kita menemukan bahwa pijakan kebenaran bukan lagi diukur dari budaya kita tapi barometernya ialah budaya barat. Sekarang mari kita mencoba berlayar di tepian budaya kita, agar tahu bahwa budaya ketimuran luar biasa mengagumkan, misalnya kegiatan gotong royong, batapa indahnya ketika mereka berjejal-jejal menghampiri suatu tempat untuk melakukan kegiatan, mereka berkomunikasi dengan sangat akrabnya, saling bertukar pikiran, setelah itu mereka bersama sama makan dengan lahapnya.
          Alangkah hinanya dan tidak tahu malu kalau kita menampilkan budayabarat didepan bangsa barat yang memupus jiwa gotong royong kita, layaknya topeng monyet dijalan-jalan raya yang menjadi bahan ketawaan. Mari kita bertekad untuk memupuk lagi budaya yang telah lama pupus, agar mereka tidak meronta-ronta, alangkah sedapnya jika budaya kita menjadi kaca budaya Negara luar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar